Dan sebaliknya, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad SAW menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirinya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
Tuesday 27 August 2013
Posted by Aswad Firmansyah Hanafi
No comments | Tuesday, August 27, 2013
Dalam
kehidupan di zaman modern penuh fitnah dewasa ini, kita jumpai banyak
sekali hamba Allah yang hidup dipenuhi kegelisahan berkepanjangan. Dan salah
satu kegelisahan tersebut bersumber dari kekhawatirannya akan jatuh
miskin. Inilah fenomena nyata yang membuktikan betapa faham materialisme
telah mendominasi mayoritas hamba Allah. Kebanyakan hamba Allah saat
ini jauh lebih takut akan kehilangan harta daripada kehilangan iman dan
keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat raya. Banyak hamba Allah telah
menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya.
Padahal Nabi Muhammad SAW memperingatkan kita
bahwa jika dunia telah menjadi fokus perhatian utama, maka hidup
seseorang bakal berantakan dan kemiskinan bakal menghantui dirinya
terus-menerus.
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah
cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui
kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang
telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)
Dan sebaliknya, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad SAW menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirinya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya
Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam
hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan
tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)
Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad SAW di atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup
dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki
sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah
terus-menerus mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah
di kampung akhirat nan kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka
dengan sendirinya Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan
benar itu dengan balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri
janjikan di dalam KitabNya:
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)
Barang siapa beramal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik
di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari amal
sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat
yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang
paling pokok ialah bertauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya
bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada
apapun atau siapapun selain Allah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW memberikan
kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka
bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut
ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama
surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah. Tentunya itu semua
dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir
belaka. Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna
dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah
itu Maha Esa). Artinya, ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di
dalam hati bahwa tidak ada tempat selain Allah untuk memohon dan
mengharapkan datangnya rezeki berkah yang bakal mencukupi hidup kita
plus hidup anak-istri plus biaya kita untuk beribadah, beramal,
berdakwah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat pertama) ketika
masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan) bakal tertolak dari
penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR Thabrani)
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan
sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku
berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku
berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan
manusia (penagih hutang/debt collector).”
Syukron,
Wallahu a'lamu bish-showaab
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment