• Silsilah Nabi dan Rasulullah SAW

    At Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir ra; ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai manusia, aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang dengannya, pasti kalian tidak akan tersesat: Kitabullah dan keturunanku.” (Al Jami ash Shahih; hadits 3786).

  • Fakta Unik Tentang Ka'bah

    Ka’bah merupakan kiblat shalat bagi seluruh umat Muslim sedunia. Lokasi Ka’bah berada di dalam wilayah Masjidil Haram yang terletak di kota Makkah, Arab Saudi.

  • 40 Fakta Unik Tentang Islam

    Sebagian orang masih banyak yang meragukan tentang kebenaran agama islam, tak kecuali adalah mereka yang telah mengaku sebagai muslim.

  • K.H. Ahmad Rifa'i Arief

    K.H. Ahmad Rifa'i Arief (lahir 30 Desember 1942 – meninggal 16 Juni 1997 pada umur 54 tahun) adalah seorang kiai perintis dan pendiri Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Pondok Pesantren La Tansa, Pondok Pesantren Sakinah La Lahwa, serta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi/Sekolah Tinggi Agama Islam (STIE/STAI) La Tansa Mashiro.

  • Enta Eih

    Enta eih mesh kfaya aalaik Tegrahni haram aalaik ent eeih Enta laih dimooai habeebi tehoun aalaik Tab w laih ana radya enak tegrahni w roohi feek Tab w laih yaani eih radya beaazabi bain edaik (x2)

  • Just Believe In Your Dreams

    Percayalah pada apa yang anda rasakan di dalam. Dan memberikan impian anda sayap untuk terbang. Anda memiliki semua yang anda harapkan. Jika anda hanya percaya.

Thursday 28 March 2013

Posted by Aswad Firmansyah Hanafi
No comments | Thursday, March 28, 2013


SEJARAH PERADABAN ISLAM

IBNU HAITHAM DAN KARYANYA
KITAB AL-MANAZIR (KITAB OPTIK)



DISUSUN OLEH :
ASWAD FIRMANSYAH    112111229
PAI D / 3


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
TAHUN 2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1  Latar Belakang

Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai berbagai lapangan ilmu.
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam berbagai bidang keilmuwan, falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Pada masa lalu dan memang sudah ajaran Islam, bahwa jika seseorang menemukan alat atau apapun yang belum ada manusia yang menciptakannya, maka wajiblah baginya untuk menyebarkan hasil temuannya itu. Mereka tidak menuntut satu apapun, termasuk “hak paten” atau “upeti” lainnya akibat temuannya tersebut. Banyak sekali penemuan-penemuan dari kebudayaan Islam yang tak tercatat sejarah.
Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, mate­matika, geometri, pengobatan, dan filsafat dengan cara belajar yang dilakukannya secara otodidak. Beliau dikenali dengan nama Alhazen dalam kalangan cerdik pandai di Barat. Karya beliau yang paling terkenal yaitu Kitab al-Manazir (Kitab Optik). Kitab ini menjadi pengaruh penting terhadap perkembangan optik karena ia menetapkan dasar optik fisikal modern dengan mengubah secara drastik mengenai pemahaman tentang persepsi penglihatan. Kitab ini juga secara umumnya mempengaruhi sains dengan memperkenalkan kaidah saintifik bereksperimen.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan biografi Ibnu Haitham atau yang lebih dikenal dengan nama Al-Hazen di kalangan orang Barat serta mengkaji karya beliau yang paling terkenal itu.

1. 2  Rumusan Masalah

Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah:
1.      Bagaimana biografi Ibnu Haitham?
2.      Bagaimana isi kajian Kitab al-Manazir (Kitab Optik)?

1. 3  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana biografi Ibnu Haitham
2.      Untuk mengetahui isi kajian Kitab al-Manazir (Kitab Optik)

BAB 2

PEMBAHASAN

2. 1  Biografi

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/36/Ibn_al-Haytham.png/220px-Ibn_al-Haytham.pngAbu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (ابو علی، حسن بن حسن بن الهيثم) atau Ibnu Haitham (Basra,965 - Kairo 1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Namun namanya mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah Al-Hakim (996-1020).

Walaupun tokoh ini lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.

2. 1. 1  Perjalanan hidup

Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354 H bersamaan dengan 965 Masehi. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.
Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Belajar yang dilakukan secara otodidak membuat beliau menjadi seo­rang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate­matik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Kajiannya mengenai pengobatan mata menjadi dasar pengobatan mata modern.

2. 1. 2  Sains

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.
Ibnu Haitham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040 . Karena pengamatannya yang mendalam pada bidang optika, konsep-konsepnya menjadi dasar ilmu optika. Selain itu, dia mengantarkan optika pada kemajuan pesat masa kini. Dengan demikian, Ibnu Haitham mendapat julukan sebagai “Bapak Optika Modern.

2. 2  Kitab Al-Manazir (Kitab Optik)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWYHv4X7-U-PUDLZAu9mL5hGl8kPW8KkRycO4mHuGLvoRJvdar30YwTx3Ins6cpXYIqFYbLC8_OSz0pgtRvx6MHcY3N5Gjlb2mWGRxf738Ib82KIZzLpZOqPst4mQrlKLRLTCLS02t2Eg/s1600/250px-Theorem_of_al-Haitham.JPG
Theorem of Al-Haytam
Kitab Optik (Kitāb al-Manāẓir (كتاب المناظر), dalam bahasa Parsi yaitu : Ketāb e Manzarehā (کتاب منظره‌ها), bahasa latin yaitu : De Aspectibus or Opticae Thesaurus: Alhazeni Arabis, dalam bahasa Itali : Deli Aspecti) ialah tujuh jilid treatis mengenai optik, fizik matematik, anatomi dan psikologi yang ditulis di antara tahun 1011 hingga 1021 M oleh ahli sains Islam Zaman Pertengahan, Ibn Al-Haitham (Alhazen). Kitab ini dihasilkan sewaktu Ibn Al-Haitham sedang menjalani tahanan rumah di Kaherah, Mesir. Ia pada asalnya ditulis dalam bahasa Arab dan kemudiannya kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Parsi, Latin dan Itali dalam beberapa abad berikutnya.
Kitab ini menjadi pengaruh penting terhadap perkembangan optik karena ia menetapkan dasar optik fisikal modern dengan mengubah secara drastik mengenai pemahaman tentang persepsi penglihatan. Kitab ini juga secara umumnya mempengaruhi sains dengan memperkenalkan kaidah saintifik bereksperimen.
Kitab optik diletak setaraf dengan Philosophiae Naturalis Principia Mathematica Isaac Newton sebagai satu daripada buku yang paling terpengaruh dalam sejarah fisik, karena dianggap pencetus revolusi sains dalam bidang-bidang optik dan persepsi penglihatan, yang juga dikenali sebagai "Revolusi Optik". Beliau memberi konsepsi fisik-matematik kepada optik lebih awal daripada disiplin matematik lain, iaitu ilmu falak dan mekanik.
Kitab optik juga mengandungi perbincangan dan gambaran terawal tentang psikologi bereksperimen dan gambaran tepat terawal tentang camera obscura, pelopor kamera moden. Dalam bidang perubatan dan oftalmologi, kitab ini juga membuat kemajuan penting dalam pembedahan mata kerana buat masa kali pertamanya, ia menjelaskan proses penglihatan.

2. 2. 1  Optik dan penglihatan
Cahaya pada permukaan udara-plexi di dalam eksperimen ini mengalami pembiasan (sinaran bawah) dan sedikit pantulan (sinaran atas).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/13/F%C3%A9nyt%C3%B6r%C3%A9s.jpg/220px-F%C3%A9nyt%C3%B6r%C3%A9s.jpgPada zaman purba ataupun baharian klasik, terdapat dua teori utama berkaitan persepsi penglihatan. Teori pertama, teori sinaran didokong pemikir-pemikir seperti Ptolemy dan Euclid. Mereka percaya bahawa proses penglihatan wujud apabila mata mengeluarkan sinaran cahaya. Teori kedua, teori intromisi (penyusupan), yang didokong Aristotle dan pengikutnya, mempercayai bahawa bahan-bahan fisikal dari benda yang dilihat memasuki mata. Berlandaskan pemerhatian umum (misalnya mata boleh kesilauan atau tercedera apabila memandang cahaya yang amat terang) dan hujah-hujah (argumen) logik (misalnya bagaimana mungkin pancaran dari mata boleh sampai ke bintang berjauhan pada saat kita membuka mata) Ibn Al-Haitham menyatakan bahawa kita tidak boleh melihat dengan sinaran yang terpancara daripada mata mahupun melalui bahan fisikal yang memasuki mata. Sebaliknya Ibn Al-Haitham membangunkan satu teori yang amat berjaya yang dapat menerangkan proses penglihatan melalui sinar cahaya yang memasuki mata dari setiap titik di objek yang dilihat, yang dibuktikannya melalui ujikaji. Penyatuan optik geometri dengan fisik Aristotle (fizik falsafah) menjadi asas optik moden.
Al-Haitham membuktikan bahawa sinaran cahaya bergerak dalam garis lurus, dan beliau telah menjalankan beberapa eksperimen menggunakan kanta optik, cermin, pembiasan, dan pantulan. Beliau orang pertama yang menguraikan sinaran cahaya terbias dan terpantul kepada komponen menegak dan mendatar. Ini merupakan perkembangan asas dalam bidang optik geometri. Namun, beliau tidak memanjangkan pengetahuan itu untuk menemu hukum pembiasan yang dikenali sebagai Hukum Snell,[21] yang digubal seorang sezamannya, Ibn Sahl yang mengkaryakan Berkaitan Cermin Pembakar dan Kanta (984 M).
Ibn Al-Haitham juga dianggap pencipta kamera obskura dan kamera lubang jarum. Ibn Al-Haitham menulis tentang pembiasan cahaya, terutamanya berkaitan pembiasan atmosfera sebagai penyebab teja (cahaya samar-samar) pada waktu fajar dan senja. Beliau juga menyelesaikan masalah berkaitan titik di cermin cembung di mana sinaran dari satu titik dipantul ke titik yang lain.
Selain itu, Ibn Al-Haitham melakukan ujikaji terhadap penyerakan cahaya kepada warna juzuk, menjalankan eksperimen berkaitan kelajuan terhingga cahaya, mendapati bahwa cahaya berubah-ubah dan bergerak lebih perlahan di dalam badan yang lebih padat, mengagak akan aspek-aspek perambatan cahaya melurus dan elektromagnet cahaya, dan berhujah bahawa sinaran cahaya ialah aliran zarah tenaga yang bergerak dalam garisan lurus. Beliau juga menemui aberasi sfera (penyimpangan sfera).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c6/Mag_glass_request.jpg/200px-Mag_glass_request.jpgSifat kaca pembesar yang mula-mula digambarkan Ibn Al-Haitham dalam Kitab Optik. Bukti terawal berkaitan "sebuah alat pembesar, sebuah kanta cembung yang menghasilkan imej besar", terkandung di dalam Kitab Optik yang diterbitkan pada tahun 1021 M. Sifat-sifat kaca pembesar diketahui orang Eropah hanya selepas buku ini diterjemahkan ke dalam Latin dalam abad ke-12. Ibn Al-Haitham menggambarkan kaca pembesarnya sedemikian:
Jika sesuatu objek diletakkan di dalam bahantara padat di mana permukaan lengkung dihadapkan ke arah mata dan berada di antara mata dan pusat sfera, objek akan kelihatan besar.

2. 2. 2  Kaidah saintifik
Kitab optik ialah buku pertama yang menitikberatkan peranan ujikaji sebagai sebentuk pembuktian dalam penyelidikan saintifik. Keazalian istilah experiment (eksperiman) itu sendiri mungkin terdapat di dalam kitab optik. Ibn Al-Haitham menggunakan perkataan-perkataan Arab i'tabara, 'itibar dan mu'tabir untuk merujuk kepada ujikajinya. Dalam proses terjemahan kitab ini ke dalam bahasa latin, perkataan-perkataan Arab ini masing-masing diterjemahkan sebagai experimentare (atau experiri), experimentum dan experimentatar.
Roshdi Rashed menulis bahwa "dengan menampilkan penggunaan eksperimen dalam penyelidikan saintifik, Al-Haitham telah memainkan peranan penting terhadap pembetukan sains moden."
Dalam pengenalan kepada bukunya, beliau menggambarkan pendekatan menggunakan eksperimen berikut:
Kita harus membezakan sifat-sifat terperinci, dan mengumpulkan maklumat melalui proses induksi tentang apa yang berlaku kepada mata apabila penglihatan terjadi dan kederiaan apa yang terjumpa yang seragam, tidak berubah, nyata dan tidak ada sangsi. Selepas itu kita harus tingkatkan penyelidikan, secara berangsur dan teratur, sambil mengkritik pangkal-pangkal fikir atau premis-premis dan berhati-hati terhadap kesimpulan yang dirumuskan — matlamat kita dalam menaklukkan ke semua ini kepada pemeriksaan dan semakan ialah keadilan, tidak menurut prasangka, dan demi memastikan dalam semua perkara yang kita nilai dan kritik, kita mencari kebenaran dan tidak dipengaruhi oleh pendapat.
Ibn Al-Haitham melihat kajian saintifiknya sebagai satu pencarian kebenaran:
Kebenaran dicari semata-mata kerananya. Dan sesiapa yang berusaha mencari sesuatu semata-mata kerananya tidak berminat akan perkara lain. Mencari kebenaran amat sukar, and perjalanan berliku-liku.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b4/Classical_spectacular_laser_effects.jpg/220px-Classical_spectacular_laser_effects.jpg
Melalui kaedah saintifik, Ibn al-Haytham membuktikan cahaya bergerak dalam garisan lurus.
Pendekatan beliau terhadap sains bereksperimen mendokong kebanyakan saranan beliau di dalam Kitab al-Manazir (The Optics; De aspectibus atau Perspectivae) dan melandaskan teori-teori beliau berkaitan penglihatan, cahaya dan warna, di samping kajian beliau terhadap katoptrik (cabang ilmu optik yang berkaitan dengan pemantulan cahaya oleh cermin) dan dioptrik (ilmu optik berkaitan pembiasan cahaya). Warisan peninggalan beliau dimajukan lagi melalui 'pembaharuan' kitab al-Manzil oleh Kamal al-Din al-Farisi (meninggal 1318 M) di dalam bukunya Kitab Tanqih al-Manazir (Semakan "Kitab al-Manazir" Ibn Al-Haytham).
Kajian Ibn al-Haitham termasuk terkaan bahwa "Cahaya bergerak hanya dalam garisan lurus semasa merentasi badan-badan lut sinar", sesuatu yang beliau dapat mentahkikkan hanya selepas berusaha bertahun-tahun. Beliau berkata, "(Ini) dapat diperhatikan dengan jelas pada cahaya yang memasuki bilik gelap melalui lubang. ... cahaya yang memasuki boleh dilihat dengan jelas pada habuk yang memehui udara."  Beliau juga menunjukkan terkaan itu dengan meletakkan sebatang kayu lurus atau seutas tali tegang di samping pancaran cahaya.
Ibn al-Haitham juga menggunakan kaedah kewahaman saintifik dan kritikan, dan menitikberatkan peranan empirisme. Selain itu beliau juga menerangkan peranan taakulan induktif dalam silogisme, dan mengkritik Aristotle kerana tidak menyumbang kepada kaedah induksi yang dianggap Ibn al-Haitham sebagai lebih hebat daripada silogisme. Ibn al-Haitham menganggap induksi sebagai keperluan asas bagi penyelidikan saintifik sebenar.
Kitab optik ialah satu karya yang panjang karena Ibn al-Haitham menulis dengan terperinci kedua-dua ujikaji yang telah dilakukan dan taakulan berkaitan penjelasan yang diberikan. Apabila memeriksa hipotesis bahawa cahaya hanya bergerak dalam garisan lurus, beliau bukan sahaja menguji untuk mengiakan hipotesis dengan melihat api lilin menggunakan tiub sempit yang didapati lurus; beliau juga menguji untuk mendapatkan keputusan sebaliknya, iaitu dengan menyekat tiub dan kemudian melihat ke dalamnya, justeru mencatatkan bahawa tiada cahaya dapat dilihat apabila tiada laluan lurus. Keputusan-keputusan ini digabungkan secara logik dengan penemuannya berkaitan pembiasan cahaya, yakni saranan bahawa sementara cahaya bergerak dalam garisan lurus, ia juga mengubah arah apabila melalui satu bahantara ke dalam bahantara yang lain, misalnya udara dan air.
2. 2. 3  Terjemahan awal Eropa
Kitab Optik diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di antara abad ke -12 atau ke-13 Masihi. By the 14th century, Alhazen's Book of Optics was available in Italian translation, entitled Deli Aspecti. Terjemahan Latin kemudiannya dicetak oleh Friedrich Risner dalam tahun 1572, dengan judul berbunyi, Opticae thesaurus: Alhazeni Arabis libri septem, nuncprimum editi; Eiusdem liber De Crepusculis et nubium ascensionibus. Risner juga orang yang membuat variasi nama Ibn al-Haitham, Alhazen, yang sebelum itu dikenali sebagai Alhacen.
Karya ini menikmati derajat yang tinggi dalam Zaman Pertengahan. Karya-karya Ibn al-Haitham dapat ditemukan di dalam Bibliothèque nationale di Paris pada tahun 1834 oleh EA Sedillot. Manuskrip-manuskrip lain disimpan di perpustakaan Bodleian di Oxford dan di dalam perpustakaan Leiden.


2. 3  Analisis Isi Kitab Al-Manazir (Kitab Optik)

2. 3. 1  Pendapat Penulis

Tak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan pada manusia “ yang menjadi dasar teori optik modern “ adalah ilmuwan Muslim asal Irak. Kitab Al Manazir atau Kitab Optik, beliau menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia.
Buku ini mengupas ide-ide beliau tentang cahaya. Dalam buku itu, Ibnu Al-Haitham meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya. Ia membuat percobaan yang sangat teliti tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan menemukan teori tentang pembiasan cahaya. Beliau jugalah yang melakukan eksperimen pertama tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.
Dalam buku yang sama, beliau menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam, dan juga teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Beliau juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular ( Teropong ) dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekati horison.
Ibnu Al-Haitham mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Beliau memberikan penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa melihat. Beliau pula menyatakan bahwa objek yang dilihat yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.

2. 3. 2  Pendapat Para Ahli

Kitab optik memulakan revolusi sains dalam bidang optik dan persepsi visual, dan meletakkan asas optik modern, fisik dan psikologi bereksperimen. Oleh sebab itu ia diletakkan bersama-sama Philosophiae Naturalis Principia Mathematica karya Sir Isaac Newton sebagai satu daripada buku yang amat berpengaruh dalam sejarah fisik. Terjemahan Optik dalam bahasa Latin mempengaruhi karya-karya ahli sains Eropah terkemudian, seperti Robert Grosseteste, Roger Bacon, John Peckham, Witelo, William dari Ockham, Leonardo da Vinci, Francis Bacon, Rene Descartes, Johannes Kepler, Galileo Galilei, Isaac Newton, dan lain-lain. Kitab Optik juga meletakkan asas pelbagai teknologi optik terkemudian, kaca mata, kamera, the teleskop dan mikroskop, mikroscopi, pembedahan retina, dan penglihatan robot.
Richard Powers menyatakan pendapat bahawa kaidah saintifik dan kewahaman saintifik Ibn al-Haitham dalam eksperimennya terhadap optik merupakan calon sebagai idea terpenting alaf kedua.
Selain pengaruhnya terhadap sains dan teknologi, Kitab Optik juga mempengaruhi beberapa aspek budaya Barat. Dalam bidang keagamaan, misalnya, John Wycliffe, pelopor intelek Pembaharuan Protestan, merujuk kepada Ibn al-Haitham apabila membincangkan "tujuh dosa besar" dengan menggunakan gambaran tujuh jenis cermin yang dianalisis dalam Kitab Optik ataupun nama Latinnya, De aspectibus. Dalam bidang kesusasteraan Kitab Optik dipuji di dalam buku Roman de la Rose karya Guillaume de Lorris' dan buku Geoffrey Chaucer, The Canterbury Tales. Dalam seni khususnya, Kitab Optik mengasaskan teknik perspektif linear dan penggunaan alat optik pembantu dalam seni lukis Zaman Pembaharuan. Lorenzo Ghiberti, seorang pelukis Zaman Pembaharuan banyak bergantung pada Ibn al-Haitham, dengan "banyak memetiknya secara verbatim (kata demi kata)" semasa merangka kisah seni dan perkara-perkara penting dalam seni di dalam penulisannya berjudul "Commentario terzo." Justru, karya Ibn al-Haitham "berada di tengah-tengah pemikiran Ghiberti berkaitan seni dan estetik visual (tampak)" dan kebarangkalian "berada di tengah-tengah perkembangan perspektif buatan dalam lukisan awal Itali dalam Zaman Pembaharuan." Teknik perspektif linear juga digunakan di dalam carta-carta ilmu alam Eropah pada Zaman Penjelajahan, seperti carta Paolo Toscanelli yang digunakan oleh Christopher Columbus semasa dia menjelajah ke Dunia Baharu.
Robert S. Elliot menulis yang berikut tentang Kitab Optik:
Ibn al-Haitham ialah pengkaji optik yang amat berkebolehan dan telah menerbitkan treatis tujuh jilid berkaitan tajuk ini yang mendapat sambutan sepanjang Zaman Pertengahan dan yang mempengaruhi pemikiran Barat, khususnya Roger Bacon dan Kepler. Treatisnya membincangakan cermin melengkung (cermin cembung dan cekung dalam kedua-dua geometri silinder dan sfera, menjangka Prinsip Fermat, dan menimbangkan pembiasan serta kuasa membesar optik). Kitab Optik mengandungi penjelasan jelas tentang sistem optik mata, yang membawa kepada kepercayaan Ibn Al-Haitham bahawa cahaya terdiri daripada sinaran yang berasal dari benda yang dilihat dan bukannya mata, pendirian yang bercanggah dengan pendapat Euclid dan Ptolemy.
Di dalam Pengenalan kepada Sejarah Sains, George Sarton, bapa sejarah sains, menulis:
Penulisan Ibn al-Haitham memperlihatkan perkembangan halusnya terhadap keupayaan bereksperimen. Jadual sepadan sudut tujunya dan pembiasan cahaya yang merentasi satu bahantara ke bahantara yang lain menampakkan betapa hampirnya beliau menemui Hukum Snell (hukum kemalaran nisbah sinus), yang kemudiannya disandarkan kepada Snell. Ibn al-Haitham menjelaskan dengan betul bahawa cahaya aram-temaram disebabkan pembiasan atmosfera, dengan mengagak bahawa pada saat terjadinya fenomena tersebut, ketundukan matahari ialah pada 19 darjah di bawah ufuk, pada waktu permulaan kejadian tersebut di waktu fajar dan senja.
Matthias Schramm menulis di dalam Ibn al-Haythams Weg zur Physik:
Melalui pemeriksaan rapi terhadap tanggapan Ibn al-Haitham berkaitan model matematik dan peranan mereka dalam teori persepsi derianya, ia menjadi jelas bahawa beliau ialah pengasas sebenar fisik dalam arti kata modern, beliau mendahului dengan jarak enam ratus tahun ide-ide subur yang menandakan permulaan cabang kajian sains (fisik) ini.



BAB III

PENUTUP

3. 1  Kesimpulan

Beberapa penjelasan serta analisis yang penulis paparkan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Basra,965 - Kairo 1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang melakukan penyelidikan mengenai cahaya.
·         Ibnu al-Haitham dalam karyanya bertajuk Kitab al-Manazir (kitab optik) telah mempelajari masalah perbesaran benda dan pembiasan cahaya dan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia.
·         Kitab optik memulakan revolusi sains dalam bidang optik dan persepsi visual, dan meletakkan asas optik modern, fisik dan psikologi bereksperimen.
·         Cahaya, menurutnya bergerak sejalan dengan garis lurus, masuk melalui celah terkecil dalam sebuah ruangan.
·         Ibnu Al-Haitham mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Beliau menyatakan bahwa objek yang dilihat yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.
·         Ibnu Haitham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040. Dengan demikian, Ibnu Haitham mendapat julukan sebagai “Bapak Optika Modern.

3. 2  Saran

Berdasarkan pembahasan, saran penulis adalah sebagai generasi penerus harus paham dan mengerti dengan pemikiran tokoh Islam agar pemikiran tersebut tidak dibajak oleh orang non muslim. Ketidak pedulian tersebut yang menjadi sebab utama dalam kemundurun Islam serta orang menjadi pasif dan jumud dalam bertindak.



DAFTAR PUSTAKA

 

1.        Seri Ilmuwan Muslim. 1998. Bandung. Salam Prima Media. Rahadian
2.        Ilmuwan Muslim. 2003. Pustaka fathin.
3.        Ensiklopedi Islam Indonesia. 1992, Jakarta; Jembatan; oleh Tim IAIN Syarif Hidayatullah
4.        R. L. Verma (1969). Al-Hazen: father of modern optics.
5.        http://canggih.web.id/sekilas-tentang-ibn-al-haythamalhazen/
6.        http://pimpinbandung.com/2011/11/04/1000-tahun-ibn-al-haytham/
8.        http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Animated Cool Shiny Blue Pointer
Powered By Blogger