Wednesday 9 October 2013
Posted by Aswad Firmansyah Hanafi
No comments | Wednesday, October 09, 2013
Para Penghulu Wanita di Surga
(Fatimah
Az Zahra, Asiyah istri Fir’aun, Maryam binti ‘Imran ibunda nabi Isa AS, serta
Khadijah binti Kuwalid istri Rasulullah SAW).
Fatimah
(sa) adalah salah seorang puteri Rasulullah SAW. Ia merupakan wanita yang
paling mulia kedudukannya dan beliau adalah salah satu dari 4 penghulu wanita
yang dipilih oleh Allah SWT (Fatimah Az Zahra, Asiyah istri Fir’aun, Maryam
binti ‘Imran ibunda nabi Isa AS, serta Khadijah binti Kuwalid istri Rasulullah
SAW).
Rasulullah
SAW berkata kepada putrinya, “Berbahagialah. Demi Allah, engkau adalah
penghulu kaum perempuan penghuni surga.”
Bertanya
Fatimah (sa) kepada ayahnya, “Lalu bagaimana kedudukan Asiyah binti Muzahim
istri Fir’aun dan Maryam binti ‘Imran (ibunda nabi Isa AS)?”. Rasulullah SAW
kemudian menjawab, “Asiyah (istri Fir’aun) adalah penghulu kaum perempuan pada
zamannya, demikian pula Maryam binti ‘Imran. Sementara engkau adalah penghulu
kaum perempuan pada zamannya. Kalian
berada di rumah dari emas yang disitu tidak ada penderitaan, kegaduhan
dan kelelahan,” jawab Rasulullah. Selanjutnya beliau bersabda, “Cukuplah dengan
anak pamanku. (maksudnya ‘Ali ibn Abi Thalib KW). Demi Allah, aku telah
menikahkanmu dengan penghulu di dunia dan di akhirat.”
Kemuliannya
diperoleh sejak menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya ditolong oleh 4
wanita suci. Bahkan sejak masih dalam
kandungan Fatimah (sa) sudan memiliki beberapa kharamah. Diantaranya adalah
Fatimah (sa) sering menghibur dan mengajak bicara ibunya sejak beliau masih
dalam kandungan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Jibril
AS datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya
lalu aku berhubungan dengan Khadijah, lalu ia mengandung Fatimah.”
Khadijah
RA berkata:
“Aku
hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah, bayi dalam
kandunganku mengajakku berbicara. Ketika aku akan melahirkan bayiku, aku
mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membantu
melahirkan bayiku, tetapi mereka tidak mau datang, bahkan mereka berkata: Kami
tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika itulah datang 4
perempuan berwajah cantik dan bercahaya, dan salah satu dari mereka berkata:
Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti
Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum saudara perempuan Musa; dan yang
lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk
menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam
kedaan sujud dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.” (Dzakhâir
Al-‘Uqbâ, halaman 44)
Menjelang
usia 5 tahun, Fatimah (sa) ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya. Sehingga ia
harus menggantikan posisi ibunya, membantu dan menolong Rasululah SAW, sehingga
ia mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak jarang Fatimah (sa)
menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia tabah dan bersabar
saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat akibat perilaku
orang-orang kafir Quraisy.
Gelar
AZ ZAHRA’ bagi Fatimah (sa)
Abban
bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Mengapa
Fathimah digelari Az-Zahra’? Ia menjawab: “Karena Fathimah (sa) memacarkan
cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang hari.”
Pertama, ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya
memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak
orang di Madinah, sehingga dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka
heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada Rasulullah SAW dan
menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh mereka
datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka mendatanginya, dan ketika sampai di
rumahnya, mereka melihat Fathimah sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat
cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu
bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar
dari wajah Fathimah (sa).
Kedua, yaitu ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di tengah
hari. Cahaya kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke kamar rumah
orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya berwarna
kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya tentang apa yang
mereka saksikan. Rasulullah SAW pun menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah
(sa). Saat itu mereka melihat beliau sedang berdiri dalam shalat sunnah di
mihrabnya, dengan cahaya kuning yang memancar dari wajahnya, ayahnya, suaminya
dan anak-anaknya. Sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu
adalah berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa).
Ketiga, yaitu ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di punghujung
siang saat mega merah, yaitu ketika matahari telah tenggelam. Saat itu, wajah
Fathimah (sa) memancarkan cahaya merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur
kepada Allah Azza wa Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga
dinding rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka
datang lagi kepada Rasulullah SAW dan menanyakan kejadian tersebut. Rasulullah
SAW menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa). Ketika sampai di rumah
Fathimah, mereka melihat beliau sedang duduk bertasbih dan memuji Allah, lalu
mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka tahu bahwa
bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa).
Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya, dan cahaya itu diteruskan oleh
putera dan keturunannya yang suci hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11,
hadis ke 2)
Fatimah
(sa) digelari penghulu semua wanita
Fatimah
(sa) mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil ‘alamîn).
Aisyah RA berkata: Fatimah (sa) datang kepada Rasulullah SAW dengan berjalan
seperti jalannya Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW mengucapkan: “Selamat
datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah
kanan atau kirinya, kemudian beliau berbisik kepadanya. Lalu Fatimah menangis.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya: “Mengapa kamu menangis?” Kemudian
Rasulullah SAW berbisik lagi kepada Fatimah. Lalu Fatimah tertawa dan berkata: “Aku
tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari
ini.” Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan
oleh Rasulullah SAW. Fatimah menjawab: “Aku tidak akan menceritakan rahasia
Rasulullah SAW ini sampai beliau wafat.” Aku bertanya lagi kepadanya, lalu
ia berkata: (Rasulullah SAW berbisik kepadaku):
“Jibril
berbisik kepadaku (Rasulullah SAW), Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap
setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak
melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul
baitku yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw
bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua wanita ahli surga atau
penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” (Shahih Bukhari, kitab Awal
penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam; Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke
25874)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment